menurut wikipedia --> Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan dari beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan dari seluruh kalimat dalam paragraf harus saling berkaitan .
Jenis Tulisan dalam Laras Ilmiah
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Sehingga, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya. Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.
setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut.
- Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
- Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
- Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
- Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
- Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
- Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
- Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
- harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
- harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
- harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Eksposisi, Argumentasi, Nasasi, Deskripsi
Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Argumentasi (tulisan)
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
Persuasi
Karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Karangan ini biasanya berisi ide, gagasan, atau pendapat penulis disertai imbauan atau ajakan kepada orang lain, dimana pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa gerakan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya dan pembaca yakin bahwa ide, gagasan atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Deskripsi
Deskripsi adalah Menggambarkan sesuatu (objek) secara terperinci atau mendetil sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri.
Narasi
Narasi adalah Menceritakan atau mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.
Kalimat Topik dan Peletakannya
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan tulis hampir tidak berbeda. Dalam mengemukakan pendapat diperlukan rumusan ide pokok yang jelas dan ide pendukung yang memadai. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik.
Menulis Kalimat Topik
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas.
Menentukan Keluasan Topik untuk sebuah Paragraf
Dalam paragraf, topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu umum. Topik yang terlalu sempit dapat mempersulit penulis untuk mencari ide penjelasnya. Topik yang terlalu sempit sering menimbulkan masalah dalam mencari ide penjelas, yaitu kehabisan ide penjelas. Sebaliknya, topik yang terlalu umum tidak cukup dikembangkan hanya dengan sebuah paragraf. Topik yang umum dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan misalnya buku, artikel, esai dsb.
Dalam memilih topik paragraf hendaknya diperhatikan panjang paragraf. Topik yang cocok untuk paragraf biasanya dapat dikembangkan dengan menggunakan kata kurang lebih 150 kata. Dengan kata sebanyak itu, topik dapat diterangkan dengan tuntas. Ketuntasan keterangan ditandai dengan tidak adanya pertanyaan di hati para pembaca setelah membaca paragraf tersebut. Topik yang cocok untuk menulis paragraf adalah topik yang cakupan atau keluasannya terbatas.
Menentukan Kesalahan dalan Merumuskan Kalimat Topik
Ada empat jenis kesalahan yang sering dijumpai dalam merumuskan kalimat topik. Pertama, rumusan kalimat topik yang berupa pernyataan topik atau masalah yang akan dibicarakan. Rumusan itu berujud pengumuman tentang masalah yang dibahas dalam paragraf.
Mengungkapkan Gagasan secara Deduktif: Menempatkan Kalimat Topik di Awal
Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf. Pola menempatkan kalimat topik di awal paragraf ini merupakan cara pengungkapan gagasan secara deduktif. Artinya, ide yang penting (pokok) ditempatkan di awal dan diikuti oleh penjelas. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Peletakan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca. Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu, pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya.
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
Persuasi
Karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Karangan ini biasanya berisi ide, gagasan, atau pendapat penulis disertai imbauan atau ajakan kepada orang lain, dimana pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa gerakan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya dan pembaca yakin bahwa ide, gagasan atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Deskripsi
Deskripsi adalah Menggambarkan sesuatu (objek) secara terperinci atau mendetil sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri.
Narasi
Narasi adalah Menceritakan atau mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.
Kalimat Topik dan Peletakannya
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan tulis hampir tidak berbeda. Dalam mengemukakan pendapat diperlukan rumusan ide pokok yang jelas dan ide pendukung yang memadai. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik.
Menulis Kalimat Topik
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas.
Menentukan Keluasan Topik untuk sebuah Paragraf
Dalam paragraf, topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu umum. Topik yang terlalu sempit dapat mempersulit penulis untuk mencari ide penjelasnya. Topik yang terlalu sempit sering menimbulkan masalah dalam mencari ide penjelas, yaitu kehabisan ide penjelas. Sebaliknya, topik yang terlalu umum tidak cukup dikembangkan hanya dengan sebuah paragraf. Topik yang umum dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan misalnya buku, artikel, esai dsb.
Dalam memilih topik paragraf hendaknya diperhatikan panjang paragraf. Topik yang cocok untuk paragraf biasanya dapat dikembangkan dengan menggunakan kata kurang lebih 150 kata. Dengan kata sebanyak itu, topik dapat diterangkan dengan tuntas. Ketuntasan keterangan ditandai dengan tidak adanya pertanyaan di hati para pembaca setelah membaca paragraf tersebut. Topik yang cocok untuk menulis paragraf adalah topik yang cakupan atau keluasannya terbatas.
Menentukan Kesalahan dalan Merumuskan Kalimat Topik
Ada empat jenis kesalahan yang sering dijumpai dalam merumuskan kalimat topik. Pertama, rumusan kalimat topik yang berupa pernyataan topik atau masalah yang akan dibicarakan. Rumusan itu berujud pengumuman tentang masalah yang dibahas dalam paragraf.
Mengungkapkan Gagasan secara Deduktif: Menempatkan Kalimat Topik di Awal
Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf. Pola menempatkan kalimat topik di awal paragraf ini merupakan cara pengungkapan gagasan secara deduktif. Artinya, ide yang penting (pokok) ditempatkan di awal dan diikuti oleh penjelas. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Peletakan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca. Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu, pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya.
Pola pengembangan paragraf
Pola pengembangan paragraf adalah suatu penalaran atau pemikiran yang berdasarkan data untuk menarik suatu kesimpulan. Ada dua cara penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu penalaran deduksi dan induksi. Di bawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai pola-pola pengembangan paragaf tersebut.
1. Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi adalah proses pengembangan paragraf dimana hal-hal umum dikemukakan terlebih dahulu kemudian selanjutnay didukung atau diperjelas dengan hal-hal khusus. Proses penalaran deduksi terbagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.
Penalaran deduksi adalah proses pengembangan paragraf dimana hal-hal umum dikemukakan terlebih dahulu kemudian selanjutnay didukung atau diperjelas dengan hal-hal khusus. Proses penalaran deduksi terbagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.
Proses penalaran silogisme adalah proses penarikan sebuah kesimpulan dengan menghubungkan dua pernyataan yang berlainan. Silogisme tersusun dari dua buah pernyataan yang disebut dengan premis mayor sebagai pernyataan umum, premis minor sebagai pernyataan khusus dan sebuah konklusi atau kesimpulan.
Rumus Silogisme
Premis mayor : Semua A = B
Premis minor : C = A
Kesimpulan : C = B
Premis mayor : Semua A = B
Premis minor : C = A
Kesimpulan : C = B
Silogisme sendiri terbagi menjadi 3 jenis silogisme yaitu:
A. Silogisme kategorial
Proses silogisme ini tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang bersifat kategoris.
A. Silogisme kategorial
Proses silogisme ini tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang bersifat kategoris.
Contoh:
P1 = Semua karyawan bergelar sarjana
P2 = Budi adalah karyawan
K= Budi bergelar sarjana
P1 = Semua binatang berkaki empat mamalia
P2= Kambing memiliki 4 kaki
K = Kambing termasuk mamalia
B. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berproposisi conditional hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen, begitu juga dengan sebaliknya.
Contoh:
P1 = Jika tidak ada oksigen, makhluk hidup mati
P2 = Oksigen tidak ada
K = Jadi, makhluk hidup mati
P1 = Jika ada uang Budi membeli motor baru
P2 = Budi ada uang
K = Jadi, Budi membeli motor baru
C. Silogisme alternative
Silogisme alternative premis mayornya berupa proposisi alternative. Bila premis minornya membenarkan salah satu dari alternative yang ada, maka kesimpulannya akan menolak alterantif lainnya.
Contoh:
P1 = Budi sedang bermain di tempat Ani atau Joko
P2 = Budi bermain bersama Ani
K = Jadi, Budi tidak bermain dengan Joko
P1 = Ayah ingin menanam Bungan mawar atau melati
P2 = Ayah menanam bunga mawar
K = Jadi, ayah tidak menanam bunga melati
Entimen
Entimen adalah proses pemendekan silogisme atau disebut juga dengan silogisme yang dipendekan.
Rumus entimen
C = B, karena C = A
Contoh:
Silogisme
P1 = Anak yang rajin selalu mengerjakan Pr
P2 = Budi mengerjakan PR
K = Budi adalah anak yang rajin
Dari silogisme di atas maka entimennya adalah:
Budi selalu mengerjakan Pr karena dia adalah anak yang rajin.
Contoh-contoh entimen lain:
Usufi harus membayar iuran kelas karena dia adalah siswa.
Ayam bukanlah mamalia karena ayam tidak berkaki empat.
Budi bukanlah karyawan karena dia tidak bergelar sarjana.
2. Penalaran Induksi
Penalaran Induksi atau Induktif adalah suatu proses pengembangan paragraf dengan menggunakan penalaran khusus ke umum. Dengan kata lain paragraf yang menggunakan pola ini dikembangkan dengan menyajikan topik-topik yang khusus kemudian disimpulkan dengan kalimat khusus pada bagian akhir paragraf.
Proses penalaran ini dapat dibedakan menjadi:
P1 = Semua karyawan bergelar sarjana
P2 = Budi adalah karyawan
K= Budi bergelar sarjana
P1 = Semua binatang berkaki empat mamalia
P2= Kambing memiliki 4 kaki
K = Kambing termasuk mamalia
B. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berproposisi conditional hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen, begitu juga dengan sebaliknya.
Contoh:
P1 = Jika tidak ada oksigen, makhluk hidup mati
P2 = Oksigen tidak ada
K = Jadi, makhluk hidup mati
P1 = Jika ada uang Budi membeli motor baru
P2 = Budi ada uang
K = Jadi, Budi membeli motor baru
C. Silogisme alternative
Silogisme alternative premis mayornya berupa proposisi alternative. Bila premis minornya membenarkan salah satu dari alternative yang ada, maka kesimpulannya akan menolak alterantif lainnya.
Contoh:
P1 = Budi sedang bermain di tempat Ani atau Joko
P2 = Budi bermain bersama Ani
K = Jadi, Budi tidak bermain dengan Joko
P1 = Ayah ingin menanam Bungan mawar atau melati
P2 = Ayah menanam bunga mawar
K = Jadi, ayah tidak menanam bunga melati
Entimen adalah proses pemendekan silogisme atau disebut juga dengan silogisme yang dipendekan.
Rumus entimen
C = B, karena C = A
Contoh:
Silogisme
P1 = Anak yang rajin selalu mengerjakan Pr
P2 = Budi mengerjakan PR
K = Budi adalah anak yang rajin
Dari silogisme di atas maka entimennya adalah:
Budi selalu mengerjakan Pr karena dia adalah anak yang rajin.
Contoh-contoh entimen lain:
Usufi harus membayar iuran kelas karena dia adalah siswa.
Ayam bukanlah mamalia karena ayam tidak berkaki empat.
Budi bukanlah karyawan karena dia tidak bergelar sarjana.
2. Penalaran Induksi
Penalaran Induksi atau Induktif adalah suatu proses pengembangan paragraf dengan menggunakan penalaran khusus ke umum. Dengan kata lain paragraf yang menggunakan pola ini dikembangkan dengan menyajikan topik-topik yang khusus kemudian disimpulkan dengan kalimat khusus pada bagian akhir paragraf.
Proses penalaran ini dapat dibedakan menjadi:
Generalisasi
Proses generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari suatu fenomena khusus ke sebuah kesimpulan umum.
Contoh:
Andi selalu mengerjakan tugas dari Ibu guru. Dia juga selalu datang ke sekolah tepat waktu dan tidak pernah sekalipun datang terlambat. Apalagi setiap hari senin, dia selalu datang 30 menit sebelum kelas dimulai untuk melaksanakan tugas piketnya. Andi selalu berpakaian dengan rapih. Dia tidak pernah mengelurakan seragamnya selama di sekolah. Oleh karena itu, bisa dipastikan Andi adalah anak yang sangat rajin.
Sebab-Akibat
Sebab akibat adalah proses penalaran yang diawali dari peristiwa-peristiwa khusus yang dianggap sebagai sebab dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang dianggap sebagi akibat.
Contoh:
Kemarin hujan turun sangat deras. Ribuan meter kubik air seperti ditumpahkan dari atas langit. Hujan yang terjadi kemarin juga sangat lama, hampir berlangsung selama 10 jam yang dimulai dari pagi hari hingga larut malam. Hujan deras itu juga disertai dengan angin yang sangat kencang yang tak henti-hentinya bertiup. Tak heran sungai meluap dan terjadi banjir dimana-mana.
Analogi
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya.
Contoh:
Umur manusia bisa dikatakan seperti umur buku. Buku semakin hari semakin menipis akibat halamannya selalu ditulis dengan menggunakan tinta hingga ke halaman terakhir. Begitu juga dengan umur manusia yang semakin hari semakin berkurang, terisi oleh pengalaman-pengalaman hidup dari lahir hingga ajal menjemput.
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://ellopedia.blogspot.co.id/2010/09/paragraf.html
file:///C:/Users/Harviana/Downloads/BAB2.htm
http://muhammad-reno.blogspot.co.id/2013/04/5-pengertian-dari-narasi-deskripsi.html
https://yusuf182.wordpress.com/2010/09/04/18/
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/penjelasan-pola-pengembangan-paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html
Proses generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari suatu fenomena khusus ke sebuah kesimpulan umum.
Contoh:
Andi selalu mengerjakan tugas dari Ibu guru. Dia juga selalu datang ke sekolah tepat waktu dan tidak pernah sekalipun datang terlambat. Apalagi setiap hari senin, dia selalu datang 30 menit sebelum kelas dimulai untuk melaksanakan tugas piketnya. Andi selalu berpakaian dengan rapih. Dia tidak pernah mengelurakan seragamnya selama di sekolah. Oleh karena itu, bisa dipastikan Andi adalah anak yang sangat rajin.
Sebab akibat adalah proses penalaran yang diawali dari peristiwa-peristiwa khusus yang dianggap sebagai sebab dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang dianggap sebagi akibat.
Contoh:
Kemarin hujan turun sangat deras. Ribuan meter kubik air seperti ditumpahkan dari atas langit. Hujan yang terjadi kemarin juga sangat lama, hampir berlangsung selama 10 jam yang dimulai dari pagi hari hingga larut malam. Hujan deras itu juga disertai dengan angin yang sangat kencang yang tak henti-hentinya bertiup. Tak heran sungai meluap dan terjadi banjir dimana-mana.
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya.
Contoh:
Umur manusia bisa dikatakan seperti umur buku. Buku semakin hari semakin menipis akibat halamannya selalu ditulis dengan menggunakan tinta hingga ke halaman terakhir. Begitu juga dengan umur manusia yang semakin hari semakin berkurang, terisi oleh pengalaman-pengalaman hidup dari lahir hingga ajal menjemput.
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://ellopedia.blogspot.co.id/2010/09/paragraf.html
file:///C:/Users/Harviana/Downloads/BAB2.htm
http://muhammad-reno.blogspot.co.id/2013/04/5-pengertian-dari-narasi-deskripsi.html
https://yusuf182.wordpress.com/2010/09/04/18/
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/penjelasan-pola-pengembangan-paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html